Laraku Bahagiaku


Laraku Bahagiaku

Oleh : Ika Fikria

Berawal dari berita covid19 diwuhan, Seiring berjalannya waktu kasus covid didunia memang  tak ada henti-hentinya menghantui rasa cemas masyarakat bahkan seleruh dunia dibuatnya takut. Sudah hampir 1tahun lebih sejak awal 2020 dan sekarang sudah tahun baru 2021. Kita pasti sudah enggak asing lagi sama kata-kata jangan pegang/jangan sentuh. Bahkan karena itu kita teman tak seperti teman yang dulunya kalo bertemu selalu bertabrakan tangan dan sekarang sudah tak ada lagi yang namanya kumpul reuni bareng, ,mudik lebaran, bahkan untuk silaturrahmipun kita harus berjauhan. Dimanapun itu yang ada hanya jaga jarak apalagi ada juga peraturan 3M. Tak hanya berpengaruh disitu saja bahkan dilingkungan masyarakat umum, sampai kependidikan, perekonomian, dan terakhir mungkin sifat kemanusiaanpun hampir ikut menghilang karenanya.

Sama halnya seperti siswa  lain, yang harus belajar dirumah. Sodik yang masih menjadi siswa kelas 11 di SMA 44 Bekasi juga ikut merasakan imbasnya pandemi karena memang situasi di Bekasi masih tergolong zona merah. Bahkan secara tak langsung dia sama sekali tidak  bisa mengikuti pelajaran secara menyeluruh karena keterbatasan fasilitas yang dia punya. Sodik yang ayahnya hanya tukang sol sepatu dan ibunya yang tak bisa apa-apa dirumah(karena menderita lumpuh). Harus berhenti mengikuti kegiatan sekolah dirumah karena tak mampu membeli hp android. Sodikpun terpaksa harus  membantu ayahnya bekerja. Dia berkeliling menggantikan ayahnya mengesol sepatu orang lain dengan sepeda bututnya. Hampir seharian berkeliling tak ada satupun orang yang menghentikannya karena orang-orang lebih memilih berdiam diri dirumah dimasa pandemi. 


Apalagi untuk mengesol sepatu mungkin mereka lebih memilih untuk beli baru dimall yang jelas kebersihannya daripada harus mengesol sepatu di Sodik. Saat itu hampir menjelang sore, Sodik dengar ada yang teriak memanggil tukang sol sepatu.

“Pak...Pak...Pak...”
“ Ngesolin sepatu niih”(ujar pelanggan dengan nada risih).
Sodik dengan semangat menghampiri dan menjawab pelanggan tadi.
“Oh Iyya pak sebentar, saya putar balik dulu ya pak?.”(jawab Sodik sambil memutar balik sepedanya).
“Yang mana yang mau disol ya pak sepatunya?”
“Dua-duanya bisakan!”(pelanggan itu lumayan judes dan cerewet).
“Tapi jangan dipegang pake tangan kamu, sepatu saya yaaah!!.”
“Kalo mau pegang pake sarung tangan dulu, lagi Corona juga' taukan!(ujarnya dengan nada high note).
“Iyya pak, saya pake sarung tangan saya dulu.”(untungnya Sodik bawa persediaan yang dia tahu apa yang harus dibawa selama pandemi).
Setalah menyelesaikan sepasang sepatu tadi, Sodik langsung memanggil pelanggan tadi.
“Pak ini sudah disol sepatunya.”(Sodik lupa memakai sarung tangannya waktu udah selesai ngesol).
“Kamu gimana siiih, tadikan saya udah bilang, jangan pegang langsung sama tangan kamu yang kotor. Banyak virusnya itu, kalo saya enggak kepepet ngesol saya enggak bakal ngesol dikamu. Pokoknya tanggung jawab. Udah megang sepatu saya.”(ujarnya yang penuh dengan kemarahan).
“Maaf pak, saya lupa... Tapi tangan saya bersih kok tadi saya pakai handsenitizer yang saya bawa dari rumah.”
“Alaaahhh paling juga handsenitizer murah, enggak bisa pokoknya tanggung jawab, kalo enggak, saya enggak mau bayar.”
“Ya sudah bapak  saya enggak apa-apa pak, memang saya yang salah jadi bapaknya enggak harus bayar saya .”(sambil menahan tangis Sodik menjawabnya dengan tegas dan mengikhlaskan).
“Oohhhh, hhhh sok kamu yaaah! Ok, nyesel saya jadinya Udah ngesol disini. Lalu bapak itu pergi begitu saja meninggalkan Sodik tanpa dibayar sepeserpun.
Sodik yang harus bekerja agar bisa membeli hp android demi sekolahnya, harus rela enggak dibayar sama sekali gara-gara kesalahannya yang lupa pake sarung tangan.


Setelah itu Sodik melanjutkan perjalanannya yang masih sama di perumahan bapaknya yang tadi. Dengan kembali semangatnya Sodik mangayuh dua pedalnya sambil berteriak
“Sooollll sepatuuuu....Sooollll sepatuuu.....Sooollll sooolll sepatuuu.”(teriaknya dengan penuh semangat).
Tak lama mengayuh Sodik mendengar ada yang memanggilnya. 
Lalu Sodik memutar balikkan lagi sepedanya untuk bertemu pelanggan tersebut.
“Pak...Paak..saya mau ngesolin sepatu masih bisakan ya?.”
“Bisa pak, bisa banget”...(lagi-lagi Sodik menjawabnya dengan ramah dan semangat).
“Sebentar ya pak, saya pakai sarung tangan dulu.”(ujar Sodik).
“Oooh..kamu bawa sarung tangan toh?”
“Iyya pak.”
“Kan lagi pandemi kadang orang enggak mau langsung dipegang barangnya pake tangan kosong, jadi saya  persediaan bawa sarung tangan dan lainnya.”
“Waaah... Bagus dong kalau begitu jadi kamunya memang merhatiin keadaan yang lagi seperti ini. Salut sama kamu  dik, semoga lancar ya dik.... Solan sepatunya!”
“Amiiiin... Amiiiiiin-amiiiin, terimakasih pak?.”
“Kalo sama saya Santai aja ngesolnya, toh juga bisa cuci tangan, jadi jangan khawatir banget yaaa ngerjainnya solnya slow aja?.
“Baik pak.”
“Maaf ya tadi saya panggil kamu bapak, soalnya yang biasa ngesol sepatu saya  itu bapak-bapak.”(ujar pelanggan).
“Iyya pak enggak papa, ohhh itu bapak saya pak, saya baru ngegantiin bapak saya.”
“Oh begitu yaaa, pantesan.”
“Kalo kamu gantiin bapak kamu, terus sekolahnya gimana, ada SFHkan?
“Iyya pak, tapi saya enggak bisa ikut karena belum punya hp android,jadi saya niat bantu bapak saya biar bisa ngumpulin uang untuk beli hp android.”
“Oh begitu ya....”
“Kebetulan niih, udah selesaikan ngesolnya?”
“Iyya pak, sudah hampir selesai semuanya.”
(Tiba-tiba pelanggan tadi nanyain nama Sodik).
“Nama kamu siapa dik?”(tanya pelanggan itu).
“Nama saya Sodik pak..”
“Oh Sodik, kamu tunggu disini ya Sodik, bapak mau masuk dulu sebentar, sekalian ambil uang buat bayar kamu.”
“Baik pak.”


Tanpa tahu apa-apa Sodik menunggunya dengan sabar, tak lama beberapa menit kemudian bapak-bapak tadi keluar dari rumahnya sambil bawa tas tenteng kecil.
“Nak Sodik, ini buat kamu!”
“Ini apa ya pak?”
“Itu hp buat kamu sekolah dirumah, digunain yang baik yaa... Biar kamu bisa lanjut sekolahnya walaupun lagi pandemi.”
Sodik terdiam tak percaya apa yang diberi bapaknya ternyata smartphone canggih baginya untuk melanjutkan sekolahnya dirumah. Dengan dilengkapi SIM card dan pulsa paketan data, bapaknya juga membayar lebih Sodik untuk kebutuhan sekolah selanjutnya dimasa pandemi.
“Pak, uangnya terlalu lebih, saya tidak punya kembalian?”
“ndak pa-pa, buat kamu aja kembaliannya.”
“pak terimakasih banyak, saya enggak tau harus bilang apa sama bapak, semoga bapak sehat-sehat selalu dan diberkahi disetiap jalan bpk.”
“Amiiiiiin-amiiiin”(ujar bapaknya).
“Itu enggak seberapa kok Sodik.”
“Terimakasiiih banyaaak ya pak, terimakasih banyaaaak.”
“Sama-sama, dirawat baik-baik ya hpnya. Biar bisa awet lama.”
“Baik pak, saya bakal rawat hpnya biar awet pemakaiannya.”Kemudian
Sodikpun bergegas pulang dengan perasaan yang saaaaangat bahagia. Sambil memanggil bapaknya. Bapak bapak bapak Sodik dapet hp baru.
“Alhamdulillah, kok bisa dapet darimana Sodik hpnya?”
“ Tadi ada bapak-bapak yang ngasih ini ke Sodik, kata beliau dia langganan bapak kalo ngesol sepatu.”
“Oh Iyya, bapak tau... Bapak Irham namanya,yang rumahnya chat hijau besarkan yaaa?. Beliau emang baik orangnya, kadang bapak juga dikasih lebih sama beliau buat tambahan beli obat ibu kamu.”
“Oh begitu ya bapak, jadi dia memang baik orangnya yaa!.Iyya pak terus tadi Sodik juga dikasih  uang lebih sama beliau, kata beliau buat berobat ibu lalu dikasih hp ini tadi, katanya itu hp baru punya anaknya belum sempat dipakai. Gara-gara anaknya cuma mau beli saja. Jadi enggak kepake dikasihin kesodik.”
“Alhamdulillah, jangan lupa bersyukur yaa nak.... Udah dapet hp baru jadi lanjutin lagi sekolahnya! Yang rajin belajarnya.”(ujar bapak Sodik).
“Iya pak, Sodik bakalan rajin belajarnya, biar nanti kalo Sodik lulus bisa jadi anak kebanggaan bapak sama ibu.”
(Sambil memeluk ayahnya dengan bahagia).

No comments:

Post a Comment