Puisi Cermin
Jika ingin tahu tentang aku. Janganlah melihat dari cermin. Kau pasti mengira, dan akan begitu. Berkata bahwa luka di kanan ku itu di kiri mu
Aku pernah berkata, " Perihal yang paling ditakutkan adalah saat pikiran menjadi belantara yang menyesatkan dan hati membenarkan pikiran itu sendiri ".
Jika aku adalah ruang. Aku seumpama semesta dengan segala keindahannya yang terlihat. Tapi mungkin hanya terlihat.
Ketika timbul sebuah hasrat, rintik hujan mengaburkannya, jalanan menjadi kecemburuan yang licin dan terjal, dimana terkadang rerimbunan semak belukar menimbulkan luka kerinduan.
Baca Juga : Waktu itu, Saat Aku Masih Setia
Apa kau akan berbalik arah ?
Dengan segala sumpah serapah.
Beserta kesedihan mata yang tergoda.
Jika aku adalah waktu, jangan kau umpama kan aku dengan sesuatu yang berjalan dengan rutinitasnya. Tapi sebaliknya.
Aku bisa berlama-lama bermain di belantara, buat memuaskan rasa dahaga.
Rumah mungkin khawatir untuk itu, dia pasti bertanya dalam sepinya..
Apa dia akan beranjak
Apa dia hanya setia menunggu.
Apa dia selalu percaya.
Aku pasti pulang.
Jika ingin tahu tentang aku. Janganlah melihat dari cermin. Jangan melihat dari kejauhan. Dan jangan tanya padaku.
Baca Juga : Virus baru! membuat mu memuai
Puisi Sepi
Sepi sepisau risau
Risau sepisau sepi
Imajinasi cacat pasi
Rata serata ratu
Candu bagian dari diriku
Sepisau risau sepiku
Tawa terbata waktu
Khayalan majemuk palsu
Sepiring rindu pisau ku
Tamu tanpa temu
Candu tanpa tawamu
Bagian hidup panorama ku
Sepisau risau rindu
Candu membelenggu
Ambigu dan egoku
Baru Juga : Yuk, Kenalan dengan Suku Kubu
No comments:
Post a Comment