Bersahabat dengan Penantian


Oleh : Titik Royani

Dulu

Dulu, jarak begitu egois. Tanpa rasa bersalah dia telah menjadi sekat antara kau dan aku. Menengadahkan kedua tangan sembari berdoa kepada Tuhan, adalah salah satu cara yang bisa kulakukan saat itu, mengharap pertemuan segera menyapa, sehingga kau dan aku bisa segera bersua atas izinNya.
Seringkali hembusan angin malam datang dengan menyuguhkan sebongkah rasa rindu kepadaku.

Linangan air mata tak henti-hentinya menenangkanku.. entah dimana aku harus mencarimu, sebab hatiku mengatakan bahwa dikala aku telah bertemu denganmu, maka disaat itu juga rinduku takkan berani lagi menyakitiku.. akan kubiarkan dia pergi meski tanpa adanya permisi.. dan ku harap dia takkan kembali...seperti saat ini

Kamu

Kamu, salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang begitu menarik perhatian. Tak terhitung berapa banyak rangkaian tulisanmu yang apik nan mempesona yang selalu terbaca dengan begitu setiti/teliti oleh pembaca sejati. Seseorang membacanya dengan begitu tenang, dan bahkan seringkali hati pun ikut serta menikmatinya, sehingga tanpa disadari signal-signal rasa itu mulai muncul..
Terbilang cukup lama rasa ini tumbuh didalam hati. Tanpa campur tangan dariku, tentunya. 

Yakinlah, bahwa Sang pemilik cintalah yang telah menggerakkan hati ini, Tuhan yang Maha Esa. Perasaan ini memang belum berani untuk kuungkapkan secara langsung kepadamu. Hanya saja masih Istiqomah tuk kuhaturkan kepada Tuhan. Ingin sekali kuceritakan semuanya secara gamblang kepadamu, namun kurasa tak mungkin.

Kekaguman dan rasa penasaranku hadir bebarengan, mereka saling berkolaborasi untuk selalu mendesakku, sehingga membuatku semakin tak sabar untuk bisa segera bertemu denganmu. Semula dari namamu yang tak pernah absen berseliweran, sehingga indah namamu slalu menari-nari difikiranku...dan aku selalu ingat kamu

Berjumpa Denganmu

Betapa terkejut dan bahagianya aku saat itu. Penantian yang tlah lama kunikmati seorang diri telah berbuah indah. Meskipun belum seindah yang kuharapkan. Terkejut, benar-benar terkejut, benar-benar tak menyangka. Sebab, pada saat itu aku pribadi merasa kurang yakin akan doa yang telah kupanjatkan. Namun atas kehendak-Nya, perjumpaan berpihak kepada kita, meski tanpa adanya sapa diantara kita.

Bisa berjumpa serta memandangmu secara langsung adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan untukku saat ini, hatiku pun bahagia berbunga-bunga, meskipun itu dari kejauhan. Namun aku yakin, do'a dan kesabaran atas penantian diantara kita pasti akan berbuah manis. Iyaa, semanis senyumanmu yang sulit kuhapus dari fikiranku...
Sabar yaa..

Ku dapati didalam dirimu terpancar aroma sikap yang dimana telah membuatku luluh dalam sebuah khayalan dan harapan. Sentuhan indah matamu membuatku semakin tak karuan.. aku tak mampu dikala mata ini menatapmu, dan sesegera mungkin aku mengalihkannya, jika kupandang terlalu lama matamu yang terbingkai begitu indahnya, mungkin saja aku akan tak sadarkan diri. 

Apakah ini yang orang bilang dinamakan dengan cinta? Sepatah katapun tak mampu diucap, ditambah lagi hati yang tiba-tiba berdegub begitu kencangnya? duuhh..
Pantaskah Aku
Pantaskah aku memilihmu untuk menjadi separuh dariku? Menginginkanmu sebagai pelengkap hidupku? bisa membersamaimu, serta bersanding denganmu? Tak lelah ku menanyakan hal demikian kepada sang Ilahi Rabbi. 

Namun, jawaban belum kunjung ku terima. Aku pun terus dan terus tanpa henti memanjatkan doa mengadukan isi hatiku kepadaNya. Kalaupun Tuhan mengiyakannya. "Semoga" pintaku. Namun aku pun sadar bahwa aku hanyalah seorang perempuan biasa, bukan siapa-siapa, dan kau pun tau itu.

Pasti saat ini jarak dan waktu masih menjadi pemisah diantara kau dan aku. kadangkala musuh yang bernama rindu tak memiliki lelah untuk selalu menemani hariku yang sepi tanpa hadirnya dirimu..ku harap kau pun merasakan hal yang sama..
 Aku yakin, suatu saat, dan diwaktu yang tepat, kita pasti akan sama-sama tahu akan jawaban terbaik dariNya untuk kita. Ku berdoa agar kau dan aku bisa menjadi satu kebahagiaan yang utuh selamanya..

No comments:

Post a Comment