Merayakan Kepergian


Merayakan Kepergian

Hai Apakabar kamu, seorang yang pernah mengisi hatiku dan juga tinggalkan goresan empedu.

Sejujurnya aku banyak-banyak haturkan terimakasih kepadamu. Sebab dengan apa yang kau berikan selama ini. Aku tahu, bahwa cinta itu harus berani merasakan yang namanya kepedihan. Sebab dalam sebuah cinta tidak hanya ada rasa senang, suka, bahagia. Namun dalam cinta bercambur berbagai rasa.


Adakalanya kita harus berani merasakan pahitnya kenyataan sebab hubungan kandas berantakan. Adakalanya juga kita harus berani melawan rasa yang selalu mengusik ke permukaan hati tamaram senja. Serta adakalanya kita harus mengikhlaskan kekasih yang selama ini kita nanti hilang meninggalkan dan tertinggal sejuta kenangan.


Pun demikian dengan hubungan ku dengannya. Yang dulu begitu mesra namun kini bercerai tanpa sisa. Tapi tak mengapa. Setidaknya aku pernah mengisi hatinya walau tak bertahan lama dan ia pernah mengisi hatiku walau tinggalkan luka. Yah, itulah yang namanya kandas cinta yang menjadikan renggang.

Mungkin, salahku yang terlalu berlebih-lebihan berangan-angan tinggi membangun bahligai denganmu. Tapi tetap aku syukuri. Sebab cinta yang kau beri kini masih sedikit tersisa. Yang aku arsipkan dalam relung jiwa dan entah kapan simpatan itu aku buang. Mungkin dengan perlahan dan dalam tenpo berlama-lama untuk hilangkan rasa itu.

Dan berkatmu juga aku sekarang lebih kuat. Lebih kuat menanggung kenyataan dan lebih kuat saat ditinggalkan seseorang. Hingga jika suatu saat nanti aku pada posisi ini lagi. Aku lebih santai dan ikhlas tanpa perlu berlarut-larut mengenang sisa-sisa kenangan. Namun aku lebih memilih untuk merayakan perpisahan itu dengan sejuta senyuman.


Iya, senyuman kebahagian melepasmu dengan tanpa disertai air mata sedikitpun. Sebab, buat apa aku lakukan itu yang tanpa ada faedahnya.

Tapi ketahuilah, berkat luka yang kau berikan. Kini banyak deraian puisi yang terlahirkan. Aku lebih suka menuai nya dengan serpihan kenangan, cinta, rindu dan perpisahan. Banyak risalah dan Diwan yang ku ciptakan. Hal itu semua berkatmu. Berkat kau sisakan empedu dan lara yang menyuruhku seperti ini. Setidak hal itu membuat aku lebih rajin. Lebih rajin dalam mengabadikan luka. Dan menanak manis pahit kenangan yang tersisa. Iya, kenangan kita, aku dan kamu serta cinta-cinta yang dulu pernah terucap.


Cinta dan rindu yang dulu pernah tertancap. Walau kini telah hilang sebagaimana patok tenda yang telah dicabut. Ia diabaikan dan ditinggalkan.

Kini, diriku sudah merasa lega. Atas segala kepidihan yang tersisa. Kenangan tentang mu sudah aku tutup rapat-rapat dalam arsip yang kusimpan. Agar aku tidak terlalu ingat atas segala rasa yang pernah lalu. Semoga usahaku berhasil. Menghilangkan hal itu. Semua kenangan yang berlalu.

Wahai para kekasih kenangan.
Sekali lagi terimakasih banyak atas segala luka Dan cinta yang kau beri. Walau Hal itu seperti halnya duri yang menusuk perlahan tapi pasti. Dan itupun. Sakit dengan ditambah sekali.

Bukan maksud apa-apa dan apa-apa yang aku maksud dengan mengenang mu. Namun, aku hanya ini ucapkan terima kasih atas segala sesuatu yang pernah kau beri padaku, termasuk luka ini.

Baca Juga : Laraku Bahagiaku

Kamu mengajariku untuk bersabar atas sakit ini, kamu juga mengajarkan tentang arti kehilangan dan kamu juga mengajarkan apa arti keikhlasan.
Terimakasih banyak kenangan

09/11/21 07:30
Rifki Yusak El-Shanury

No comments:

Post a Comment